Penyakit Jantung

Kenali Gejala dan Penyebab Penyakit Jantung Bawaan pada Anak

Kenali Gejala dan Penyebab Penyakit Jantung Bawaan pada Anak
Kenali Gejala dan Penyebab Penyakit Jantung Bawaan pada Anak

JAKARTA - Penyakit jantung bawaan (PJB) termasuk salah satu kelainan bawaan yang paling serius dan menjadi penyebab kematian terbanyak pada bayi dan anak-anak.
Gangguan ini terjadi karena adanya kelainan struktur jantung sejak janin berada dalam kandungan, yang dapat memengaruhi kualitas hidup anak bila tidak terdeteksi sejak dini. Memahami gejala dan penyebab PJB sangat penting bagi orangtua agar langkah pencegahan dan penanganan dapat dilakukan lebih cepat.

Proses Terjadinya Penyakit Jantung Bawaan pada Janin

Menurut dr. Shirley F. Lasmono, M.Ked.Klin., Sp.A., Subsp. Kardio (K) dari Mayapada Hospital Surabaya, PJB terbentuk akibat gangguan pada proses perkembangan jantung janin. Biasanya, kelainan ini muncul pada usia kehamilan sekitar enam minggu, saat organ jantung sedang dibentuk.

“PJB terjadi akibat kelainan dalam organogenesis, sehingga struktur jantung janin tidak sempurna. Faktor genetik bayi maupun kondisi ibu selama kehamilan bisa memicu kelainan ini,” jelas dr. Shirley dalam podcast resmi Mayapada Hospital.

Faktor Risiko dan Penyebab Kelainan Jantung

Kelainan jantung bawaan dapat muncul karena berbagai faktor, termasuk faktor genetik, penyakit yang diderita ibu, hingga pengaruh lingkungan. Beberapa penyebab yang umum antara lain:

Kelainan genetik pada bayi, yang bisa diwariskan dari keluarga atau muncul secara spontan.

Penyakit yang diderita ibu, seperti diabetes atau infeksi tertentu selama kehamilan.

Konsumsi obat-obatan tertentu atau alkohol oleh ibu hamil.

Paparan rokok, baik perokok aktif maupun perokok pasif.

Tidak semua kelainan jantung terlihat saat bayi lahir. Ada bayi yang tampak sehat, tetapi mengalami gangguan jantung karena kelainan genetik atau perkembangan janin yang tidak sempurna.

Gejala yang Perlu Diwaspadai pada Anak

Mendeteksi PJB sejak dini dapat menyelamatkan nyawa anak. Beberapa tanda yang bisa dicurigai antara lain:

Warna kulit, bibir, atau kuku kebiruan atau kehitaman.

Mudah lelah dan cepat ngos-ngosan, terutama saat menyusui.

Berat badan rendah dan pertumbuhan lambat dibanding anak seusianya.

Pembengkakan pada tungkai, perut, atau area sekitar mata.

Kesulitan menyerap nutrisi karena bayi tidak bisa minum susu banyak.

Riwayat kelahiran prematur.

“Anak yang biru disertai sesak, mudah ngos-ngosan, dan pertumbuhan melambat sebaiknya dicurigai memiliki penyakit jantung bawaan,” imbuh dr. Shirley.

Dampak Keterlambatan Diagnosis

Tingkat keparahan PJB bervariasi. Kelainan ringan mungkin tidak menimbulkan gejala dan efeknya baru terasa ketika anak tumbuh dewasa. Namun, jika terdapat lubang besar pada jantung atau gangguan aliran darah yang signifikan, hal ini bisa menurunkan metabolisme tubuh dan memengaruhi kesehatan secara keseluruhan.

Deteksi dini menjadi kunci agar penanganan dapat dilakukan sejak awal dan komplikasi dapat dihindari. Anak yang didiagnosis lebih cepat memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan perawatan yang tepat, termasuk intervensi medis atau tindakan bedah jika diperlukan.

Pentingnya Skrining Jantung pada Bayi

Skrining jantung dapat dilakukan melalui pemeriksaan ekokardiografi, seperti USG jantung, terutama bagi bayi yang lahir prematur atau menunjukkan gejala mencurigakan. Pemeriksaan ini bisa dilakukan dalam 24 jam pertama setelah lahir atau menyesuaikan gejala yang muncul hingga usia tiga bulan.

“Dengan skrining dini, kelainan jantung bawaan dapat terdeteksi lebih cepat. Hal ini memungkinkan penanganan medis dilakukan segera, sehingga kualitas hidup anak bisa lebih baik,” jelas dr. Shirley.

Waspadai Tanda Dini Penyakit Jantung Bawaan

Penyakit jantung bawaan merupakan kondisi serius yang membutuhkan perhatian sejak awal. Gejala seperti kulit kebiruan, sesak, pertumbuhan lambat, dan kesulitan menyusu harus segera diperiksa oleh tenaga medis. Kombinasi faktor genetik dan kondisi ibu selama kehamilan menjadi penyebab utama, namun skrining dan pemeriksaan rutin dapat meminimalkan risiko komplikasi.

Dengan kesadaran orangtua terhadap gejala dan faktor risiko PJB, serta akses ke layanan medis yang memadai, anak-anak yang mengalami kelainan jantung bawaan berpeluang mendapatkan penanganan tepat, meningkatkan harapan hidup, dan kualitas keseharian yang lebih baik.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index